Lebaran, full with Liburan

Lebaran, full with Liburan. Hal indah dari setiap perjalanan adalah, saat kita pulang kerumah. Saat dimana semua keluarga menunggu kepulangan kita dengan sukacita, dan mendengarkan cerita, apa saja yang sudah didapatkan ditanah rantau sana. Oh indahnya..

Lebaran yang lalu, aku kembali melakukan perjalanan yang panjang. Memang sih, 3 tahun terakhir ini, sejak memulai perantauan ke Batam, aku selalu melakukan perjalanan yang panjang untuk menambah koleksi pengalaman muda ku.

Perjalanan panjangku pada lebaran yang lalu bermula dari Jakarta, menuju Pekanbaru, H-5 menjelang lebaran. Disaat teman-teman kesulitan mendapatkan tiket pesawat dikrenakan harga yang melunjak bahkan habis, aku sedikit beruntung dikarenakan sering bekerja sama dengan sebuah Tour and Travel, yang sering membantu mereka menjualkan tiket, sehingga gak kesulitan mendapatkan tiket untuk pulang ke Pekanbaru. How lucky I am..

Pose keren gue saat mudik lebaran
Pose keren gue saat mudik lebaran

Sesampainya di Pekanbaru, aku nginap semalam dan sempat juga berkumpul bercerita dengan teman-teman semasa kuliah, reunian lah lebih tepatnya. Esok paginya perjalananku dilanjutkan menuju kampung halamanku, Kota Dumai, yang berada diujung Riau sana, yang juga sudah berbatasan dengan Selat Melaka di Malaysia nun jauh disana.

Perjalanan dari Dumai ke Pekanbaru, eh salah, maksudnya Pekanbaru ke Dumai, garing, biarin, memakan waktu sekitar 5 jam menggunakan mobil. Ada 2 rute perjalanan yang bisa ditempuh,  melalui jalur umum yaitu Pekanbaru-Rumbai-Minas-Kandis-Duri-Dumai. Rute lainnya melewati Camp Chevron yang ada di Blok Minas, yaitu jalan yang sudah terikat kontrak menjadi milik Perusahaan Chevron (dulunya Caltex) dari Amerika sana yang sudah membangun pengeboran minyak sejak akhir tahun 1960an yang lalu.

Aku bersama temanku memilih melewati Camp Chevron ini, karna memang jalannya lebih rapi, tidak berlubang, dan tidak ada mobil-mobil besar seperti melewati jalur umum yang jalannya juga lebih kecil & padat. Memang sih, bukan orang sembarangan yang bisa melewati jalur Camp Chevron ini, karna memang harus ada stiker resmi nya, yang dibuat khusus bagi orang-orang dalam chevron itu sendiri ataupun juga dari instansi pemerintahan. Nah, kebetulan temanku ini orang yang bekerja di instansi pemerintahan.

Hijaunya sawit Riau dari udara
Hijaunya sawit Riau dari udara
camp chevron minas-rumbai
camp chevron minas-rumbai

Perjalanan panjang sekitar 4 jam itu hanya dihiasi dataran sedikit tinggi dan kumpulan hijaunya sawit dikiri dan kanan, sebelum kami tiba di Kota tercinta, Dumai.

Aku menghabiskan waktu di Dumai sejak H-3 hingga hari H Lebaran, bertemu dan bersilaturahmi bersama keluarga, berbagi cerita dengan sahabat lama, yang memang sudah lama berpencar dengan beragam kisah hidup mereka.

Mohon Maaf Lahir dan Bathin dari Kami Sekeluarga
Mohon Maaf Lahir dan Bathin dari Kami Sekeluarga
Futsal bareng teman-teman kecil, MURNI FC
Futsal bareng teman-teman kecil, MURNI FC !!

Lebaran hari kedua, kami sekeluarga langsung cuss menuju kampung halaman ibuku, di Kecamatan Lintau, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Perjalanan yang dimulai sejak pagi hari itu berjalan lancar, meskipun ada sedikit senggolan di daerah Tapung, Kabupaten Kampar. Maklumlaah, suasana lebaran sehingga jalan penuh dengan warga yang mudik, apalagi sebagian besar orang di Riau berasal dari Sumatra Barat.

Sore harinya kami sudah memasuki Kelok 9, yang sangat terkenal karena desain jalannya yang sangat keren berkelok-kelok malang melintang itu. Ditemani segelas Teh Tarik, kami beristirahat dibawah jalan kelok 9 ini. Sore yang penuh rasa bersama keluarga.

Kelok 9 Sumatra Barat
Kelok 9 Sumatra Barat

Perjalanan dilanjutkan, memasuki maghrib, kami sudah tiba di Payakumbuh, pemandangan indah oranye sunset berpadu dengan hijaunya sawah dan Gunung Marapi yang tinggi menjulang menggambarkan suasana hati kami yang gembira karna sudah setahun tidak pulang kampung ke Sumatra Barat.

Pukul 10 malam, kami tiba di Lintau. Terhitung lama sih sebenarnya, karna waktu normal dari Payakumbuh menuju Lintau itu adalah 1 jam, namun dikarenakan macet panjang yang memang selalu menjadi permasalahan ketika ‘Pulang Kampuang’, mau tak mau kami hanya enjoy saja menjalaninya.

Esok paginya, ketika baru saja membuka mata, aku langsung menuju perkarangan disekitar rumah nenek yang memang serba hijau, mulai dari hijau persawahan, perbukitan, pepohonan, dan semuanya mendadak berubah menjadi hijau.

Hijaunya Sawah Lintau
Hijaunya Sawah Lintau
Embun Pagi di Lintau
Embun Pagi di Lintau
Penampakan dekat rumah di Lintau
Penampakan dekat rumah di Lintau. Main-mainlah kerumah, dek
Pepaya, Sawah, dan Barisan Gunung di Lintau
Pepaya, Sawah, dan Barisan Gunung di Lintau
Belakang Rumah Nenek di Lintau
Belakang Rumah Nenek di Lintau
Padi, Jagung, dan Gunung di Lintau
Padi, Jagung, dan Gunung di Lintau
Pemandangan seperti lukisan di Lintau
Pemandangan seperti lukisan di Lintau
Barisan Sawah yang hijau di Lintau
Barisan Sawah yang hijau di Lintau
Istana Pagaruyung Batusangkar
Istana Pagaruyung Batusangkar
Rumah Pak Haji Bustamam (RM SEDERHANA) di Lintau
Rumah Pak Haji Bustamam (RM SEDERHANA) di Lintau

Foto terakhir, yaitu foto jalan menurun mendaki yang disebelah kanan terdapat rumah besar, merupakan rumah dari Bpk. Hj. Bustamam, pemilik dari RM Sederhana dengan ratusan cabang di Jakarta, beberapa kota besar di Indonesia, bahkan ada juga diluar negeri.

Salah satu yang membanggakan dari darah keturunan Lintau ini adalah, jiwa pemberani merantau khas Minang yang berjuang di tanah rantau dan pulang sebagai pemenang. Banyak sekali orang-orang dari Lintau dan Sumatra Barat pada berjiwa perantau dan pulang disaat lebaran untuk membangun desa asal mereka agar lebih maju.

Berbagai upaya dilakukan mulai dari membangun dan merenovasi masjid, memperbaiki jalan agar lebih lebar dan mulus, memperbaiki ladang dan sawah agar bisa diwariskan warga di kampung sebagai penghasilan mereka, ada juga yang memodali beternak kerbau, kemudian juga saling sumbang menyumbang untuk membuat turnamen seperti sepak bola dan volley agar suasa kekeluargaan saat ‘Pulang Basamo’ menjadi lebih meriah.

4 hari kuhabiskan di Lintau, cukup untuk refresh pikiranku dari hiruk pikuk ramainya perkotaan, kerasnya kompetisi yang gampang mengundang stress, serta juga sikap individualis dan egosentris dikarenakan sistem yang membuat kita sangat jarang bersosialisasi.

Dengan beberapa hari di Lintau saja, semuanya kembali ke titik nol, netral, dan membuatku siap untuk melanjutkan perjalanan, petualangan, ilmu, dan rezeki di tanah rantau agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. *Asiik

Selepas dada-dada sama nenek, atuk, maketek, paketek, oom, tante, akak, serta sanak saudaro lainnya di Lintau kami sekeluarga melanjutkan perjalanan kembali ke Pekanbaru. Karna memang ada beberapa keluarga di Pekanbaru untuk dikunjungi saat lebaran, serta juga kami sekeluarga ingin sedikit berliburan ala perkotaan, menyewa Hotel berbintang, dan juga jalan-jalan ke Mall untuk mencuci mata.

Nyantai di Hotel Aryaduta Pekanbaru

Setelah puas 2 hari di Pekanbaru, kami pulang ke Dumai dengan muka yang lebih ceria dan segar tentunya. 3 hari aku habiskan di Dumai, berkumpul bersama teman-teman lama, dan sedikit jalalan bernostalgia ke salah satu Pelabuhan Dumai, serasa kembali ke masa lalu gituu.

Pelabuhan TPI Dumai
Pelabuhan TPI Dumai, serasa membawa ke masa lalu

 

Laut Dumai, tampak Kawasan Industri Sungai Sembilan diujung Dumai sana

 

Laut Dumai yang berbatasan dengan Pulau Rupat

Hingga akhirnya, pada hari minggu itu, setelah perjalanan panjang malang melintang di Sumatra Bagian Tengah, akhirnya aku kembali ke realita, menuju Jakarta, berjuang melawan kerasnya Ibukota, berkarya dan membuat cerita, dan merangkai mimpi-mimpi masa muda.

Lebaran, full with Liburan

Baca juga Petualanganku Pertama Kali Ke Sumatra Barat Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *