Backpackeran Dumai – Melaka – Kuala Lumpur
Akhir tahun 2017 yang lalu, aku men-challenge diriku untuk backpackeran dari kampung halamanku, Dumai, menuju Melaka dan Kuala Lumpur yang ada di Malaysia sana.
Sangat beruntung rasanya aku lahir dan dibesarkan di Dumai, sebuah Kota yang memang berbatasan langsung dengan Selat Melaka, Malaysia. Hanya membutuhkan waktu sekitar 2 setengah jam perjalanan laut, tibalah aku di Melaka, sebuah kota legendaris yang juga merupakan heritage of the world alias kota warisan dunia.


Day 1
Jadwal keberangkatan kapal dari Dumai menuju Melaka ini adalah pukul 09.00 wib. Pukul 12.30 pm waktu Malaysia, akhirnya aku dan 3 teman seperjalananku tiba di Melaka. Hal yang pertama kami lakukan adalaah… Hmm, hal yang pertama kami lakukan adalaahh, bengong. Ya, bengong, karna memang kami masih buta dan untuk pertama kalinya nyeberang ke Melaka ini seumur hidup.

Memang sih, aku ada membuat sedikit note apa aja yang bakal dilakuin ketika sampai di Melaka, tetapi dikarenakan sedikit shock culture membuat kami sedikit bingung dan gatau harus ngapain. Belum lagi pertanyaan yang sedikit mendesak dari petugas imigrasi, yang membuat aku sedikit ditahan dikarenakan tidak membawa cukup uang untuk masuk ke Malaysia ini.
Aku baru ngeh sih, kalau mau masuk ke Malaysia itu syaratnya harus membawa minimal RM 1000 atau sekitar Rp. 3.000.000 sebagai uang tunjuk kepada petugas imigrasi disana agar kita bisa masuk ke Malaysia. Nah, aku sendiri? Jujur hanya membawa sekitar RM 200 lho, setelah sempat berbohong juga bahwa aku membawa RM 500, tetap saja tak cukup kata petugas imigrasi berwajah tamil tsb.
Dengan muka yang sedikit tegang, panik, dan berkeringat, aku harus mengambil keputusan secepat mungkin untuk ngeless agar bisa tetap masuk ke Malaysia ini. Dengan pengalaman yang lumayan memuaskan dalam bersilat lidah dan adu argument, aku mengatakan bahwa aku memiliki teman yang tinggal di apartemen di KL, dan juga aku pergi bersama teman-teman yang membawa RM 1000 di tiap kantong mereka.
Setelah si petugas memandangku dari atas kebawah, dan aku dengan gaya yang pasti dan yakin, akhirnya lepas juga dari drama yang lumayan menegangkan ini. Taraaa, Melaka I’m coming…
Hal yang pertama dilakuin begitu sampai di Melaka ini adalah, mengambil foto-foto pose keren dengan background bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Melaka. Ya, berdasarkan sejarah, Melaka ini pertama kali ditemukan oleh Laksmana Cheng Ho pada tahun 1405. Disinilah armada Cheng Ho singgah dari pelayaran yang hingga sekarang sudah melewati banyak peradaban termasuk Kerajaan Melaka nan legendaris pada masanya.






Setelah puas sekitar 1 jam mengitari pesisir Sungai Melaka, mulai dari Menara Taming, Melaka River, Jonker Street, dan juga Hard Rock Café Melaka, kami melanjutkan perjalanan menuju Terminal Bus Melaka Sentral. Kami sangat beruntung, dikarenakan kemajuan zaman akses menuju Terminal Melaka Sentral sangat mudah, hanya dengan memesan Grab dengan biaya sekitar RM 7 atau Rp.21.000.
Sesampainya di terminal Melaka Sentral, kami harus menunggu beberapa jam untuk berangkat menuju Kuala Lumpur, dikarenakan busnya sudah full booked. Waktu menunggu ini kami manfaatkan dengan makan siang dan foto-foto untuk mengabadikan momen kebersamaan.

Sekitar pukul 08.00 PM, kami tiba di Terminal Bersepadu Selatan. Lagi-lagi kebingungan, gak tau harus kemana, sebenarnya udah tau sih bermodalkan browsing, tetapi dikarenakan sedikit shock culture kembali dan mood masih belum terkumpul dikarenakan tidur yang tak puas selama 2 jam di perjalanan Melaka-KL.
Untung saja di Terminal Bersepadu Selatan (TBS) menyediakan akses wifi gratis, sehingga sedikit memudahkan kami untuk mencari info penginapan. Dengan berbagai aplikasi seperti Agoda dan Traveloka, kami mulai mencari low cost hotel disekitaran Chinatown ataupun Bukit Bintang, sesuai dengan rekomendasi temanku yang memang sedang bekerja di KL.
Namun apalah daya, dikarenakan sedikitnya wawasan dan tidak tau bagaimana payment-nya setelah memesan hotel, akhirnya kami memutuskan untuk mencari manual penginapan yang ada disekitar Chinatown.
Setelah naik kereta dari Stasiun Bandar Tasik Selatan (BTS) menuju Stesyen Masjed Jamek, selanjutnya kami memesan Grab menuju Chinatown dan berhenti di lorong tempat berjejernya hostel buat para backpacker. Hingga akhirnya didapatlah tempat kami menginap untuk merebahkan badan pada malam itu.




Oh iya, ini ada Vlog aku di hari pertama backpackeran dari Dumai – Melaka – Kuala Lumpur, coba liat-liat dulu ya siapa tau betah :p
Day 2
Hari kedua, kami memulai perjalanan dari Chinatown pada pukul 10.00 AM. Sedikit berjalan kaki sekitar 10 menit, tibalah kami di Dataran Merdeka Malaysia. Eh, tapi sebelumnya, kami mampir dulu buat foto-foto di Masjid Jamek.
We just realize that Mesjid Jamek ini ternyata keren bangeett. Kami baru ngeh siang itu dikarenakan sebelumnya kami lewat disana pada malam hari, jadi gak terlalu memperhatikan bangunan dari Masjid Jamek tersebut.





Begitu kelar foto-foto cakep di Mesjid Jamek, kami lanjut ke Dataran Merdeka dan kembali foto-foto cakep.



Next, tujuan kami adalah KL Sentral, stasiun kereta api tempat kami check in menuju destinasi selanjutnya, Batu Caves. Beruntung banget, di KL Sentral ini terdapat penitipan barang dengan harga kisaran RM 10-30/hari nya, so kami ga perlu berat-berat memikul tas selama di perjalanan.


Perjalanan dari KL Sentral menuju Batu Caves ini memakan waktu sekitar 1 jam dengan view perkotaan khas KL selama di perjalanan. Sesampainya di Batu Caves, yang sudah berada di Selangor itu, suasananya berasa di India bangeeett. Penuh dengan patung-patung, yang mirip di Bali juga sih, dan kebanyakan orang-orang yang mengunjunginya berwajah India tulen.
Sejenak aku berpikir, kebanyakan patung-patung dan bangunan khas Hindu disini memiliki kesamaan dengan patung dan bangunan yang ada di Bali. Cuma bedanya ya itu, kalo di KL orang-orang Hindu-nya berasal dari India, sementara di Bali itu memang aslinya mereka sih sudah beragama Hindu dan sudah berumur ratusan tahun. Bahkan Tanah Lot itu sudah berdiri semenjak 16 abad yang lalu lho, coba aja googling deh.
Eh, ngomong-ngomong soal Bali, kalian bisa juga baca cerita seru perjalananku di Backpackeran ke Bali Disini
Hmm, udah kejauhan nih aku ngomongnya, padahal tadi ngomongnya Batu Caves lho… Nih aku kasi bonus foto-foto keren dari Batu Caves khusus buat pembaca Netizen tercinta.








Pengennya sih kami mau nyobain makan di Batu Caves ini, tapi setelah memasuki kantinnya, kok jadi agak kurang selera gitu ya, karna belum biasa sih dengan makanan khas India disini, yang kebanyakan kari-kari nya gitu.
Maka dari itu kami melanjutkan perjalanan balik ke KL Sentral kemudian transit menuju Bukit Bintang. Katanya sih, makanan disana lebih bersahabat di lidah.
Sambil mencari tempat makan yang pas, kami singgah sebentar untuk berfoto disekitaran Bukit Bintang ini. Karna memang area nya yang Instagrammable banget, mulai dari Pavilion Mall, hingga pedestrian jalan yang keren dengan background penuh lampu dari iklan-iklan yang berjejeran disepanjang bangunan.








After lunch yang agak sedikit terlambat ini, kami kekenyangan sambil kebingungan. Kenapa bingung? Ternyata kami baru ngeh bahwa kami belum pesan kamar buat penginapan malam itu, dan malam itu adalah malam tahun baru lho, gak terbayangkan betapa sulitnya mencari kamar hotel yang free dikarenakan banyak sekali turis yang datang untuk merayakan tahun baru di Kuala Lumpur ini.
Jadilah kami keliling-keliling hilir mudik muter muter malang melintang dari satu hostel ke hostel lainnya untuk menanyakan adakah kamar yang kosong, dan jawabannya NO semua. Hingga kami mulai menemukan solusinya, melalui salah satu aplikasi layanan penyedia kamar hotel, sebut saja Traveloka, akhirnya kami menemukan 2 kamar yang kosong di daerah Chinatown.
Setelah melakukan pemesanan, kami segera menuju Seven Eleven untuk melakukan pembayaran. Namun pucuk dicinta, kesialan tak liat tempat. Setelah kami bergegas menuju hotel tersebut, terjadi kesalahan sehingga double order pada kamar yang kosong itu, dan grup tersebut sudah duluan tiba di hotel untuk check in.
Berkat kebijakan dari oom penjaga hotel ini, uang kami dikembalikan full dan kami kembali menggembel disekitar Chinatown untuk mencari kamar hotel yang kosong. Setelah perjalanan hampir 1 jam, dan kami sudah mulai putus asa, datanglah sebuah kabar gembira.
Akhirnya kami menemukan 2 buah kamar kosong yang ada di hostel tak jauh dari Stasiun Pasar Seni. Tak menyia-nyiakan waktu kami segera melakukan check in, masuk kamar, mandi, dan prepare menuju menuju Menara Petronas untuk menyaksikan kembang api tahun baruan.
Jam 10 PM, kami bergegas menuju Pasar Seni Stesyen dan naik kereta menuju KLCC Stesyen. Begitu sampe KLCC Stesyen, sedikit crowded ala Jakarta membuat kepalaku agak sedikit pening. Ditengah kepeningan yang melanda itu, aku mendengar sebuah musik yang sangat tidak asing, yang dinyanyikan oleh seorang pengamen disekitar sana.
Sebuah lagu ‘Mungkin Nanti’ oleh Peterpan membawaku bernostalgia ke masa lalu pada zaman SMP saat ngefans banget dengan band asal Bandung ini.

Tepat pukul 11.00 PM, kami sudah stand by dibawah Menara Kembar KLCC untuk menunggu kembang api tahun baruan. Terlalu cepat sih, tapi mau gimana lagi, lautan manusia disana membuat kami harus mengamankan tempat agar dapat posisi yang uenaakk.






Hingga usai sudah kemeriahan menyambut tahun baru 2018 itu, dan kami kembali jalan balik menuju ke hotel. Anehnya disini, meskipun orangnya sangat ramai dan crowded, tetapi mereka sedikit lebih tertib, dan petugas pelayanan disekitar stesyen juga sepertinya sudah mengantisipasi keramaian sehingga mereka bisa mengamankan keadaan, kereta api juga disiapkan lebih banyak, sehingga menghindari antrian panjang yang bisa bikin sesak napas.
Jam 02.00 AM, 1 januari 2018, kami beristirahat di hostel di daerah Chinatown setelah perjalanan panjang nan melelahkan seharian penuh.
Day 3
Hari ketiga, sedikit dilanda kelelahan, kami lebih bersantai di pagi hari dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pada jam 12.00 PM, setelah kami check out dari hostel. Kami beruntung, karna tempat kami menginap ini dekat dengan pasar dan para pedagang pinggiran jalan, sehingga kami tidak kesulitan untuk mencari sarapan.
Awalnya sih, kami mau main-main ke Genting Highland, namun dikarenakan disana sangat crowded, kayaknya kami gak punya cukup waktu untuk menunggu antrian yang terlalu panjang untuk menuju kesana. Kami memutar haluan menuju Putrajaya, yaitu Pusat Pemerintahan dari Malaysia.
Sebelum menuju Putrajaya, kami singgah dulu ke Kondominium milik temanku yaitu Serimaya Kondminium. Tak aku lewatkan momen ini untuk diabadikan dengan foto tjakep.

Perjalanan menuju Putrajaya memakan waktu sekitar 1 jam dengan perjalanan yang berliku-liku berbelok-belok meliuk-liuk, kereta apinya. Beberapa kali kami transit dan pindah kereta, mulai dari Mesjid Jamek hingga Bandar Tasik Selatan, berpindah kereta dari kereta yang keren ke kereta yang keren bangett..


Hingga tibakah kami di Putrajaya pada pukul 4 sore. Meskipun Ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, tetapi pusat pemerintahan yang mengurus ‘dapur’ nya Negara ini ada di Putrajaya. Lelahnya perjalanan sekitar 1 jam dari KL Sentral akan hilang ketika melihat desain bangunan sekelilingnya mulai dari Kantor Pemerintahan, Mesjid, hingga Jembatan yang sangat memanjakan mata dan Instagrammable. Duh kawan, semakin jauh aku berjalan, semakin aku memahami makna perbedaan.






Selepas menemukan banyak insight di Putrajaya, kami kembali ke Stesyen Bandar Tasik Selatan (BTS), kemudian ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS), istirahat beberapa jam disana sambil menunggu bus untuk perjalanan pulang kembali ke Melaka, dan balik ke Dumai lagi keesokan paginya.
Jam 02.00 AM, kami berangkat dari TBS menuju Melaka Sentral, 2 jam perjalanan itu kami habiskan dengan tertidur pulas hingga tiba di Melaka pada shubuh harinya. Sambil menunggu pagi, kami melanjutkan istirahat di Mc Donald Dataran Pahlawan, tak jauh dari Pelabuhan Melaka.






Itulah tadi cerita keseruan perjalananku Backpackeran Dumai – Melaka – Kuala Lumpur. Sedikit pesan teman-teman pembaca, perbanyaklah melakukan perjalanan disaat muda, disaat belum banyak tanggungan, disaat kita tidak mengenal kata menyerah. Karena 10 hingga 20 tahun dari sekarang, pengalaman dan daya tahan mental kita disaat muda lah yang menentukan kualitas diri serta kedewasaan kita dalam bertindak.
SALAM SUKSES ^^
One thought on “Backpackeran Dumai – Melaka – Kuala Lumpur”