Hari Pertama Bekerja di Singapore, Shock Culture banget!!

Hari Pertama Bekerja di Singapore, Shock Culture banget!! Begitu bertemu dengan Si Jack di arrival gate harbourfront, kami langsung turun kebawah menuju stasiun kereta api dan melanjutkan perjalanan ke Kallang Station, hostel tempat kami menginap selama di Singapore.

Sok ngeliat petunjuk, padahal sama sekali ga paham area nya!!

Begitu sampai di hostel yang ternyata merupakan tempat menginap para backpacker tersebut, aku sedikit kaget karna kami tidur sekamar 6 orang, dengan kasur bertingkat, dan ada kemungkinan akan bergabung dengan backpacker lain yang bukan merupakan bagian dari tim kerja kami.

Tapi setelah aku tanyakan detailnya kepada Jack, ternyata penghuni kamar tersebut hanyalah 6 orang dari tim kita. Selang 15 menit, aku dan Jack langsung melanjutkan perjalanan menuju kantor kami di daerah Redhill atau Bukit Merah, kami menggunakan kereta api disana dengan perjalanan kira-kira 20 menit.

Begitu sampai di Redhill Station, kami lanjut jalan kaki sekitar 500 meter kekantor. Sesampainya dikantor yang terletak di lantai 6 tersebut, aku langsung dikenalkan dengan tim kerja satu persatu serta 2 orang mentor yaitu Marco yang keturunan Eropa serta Rene yang berasal dari Filipina.

Sementara 6 orang yang ada didalam timku itu adalah Aku, Jack, Cherry, Richie, Herry, dan Dennis. Latar belakang mereka beragam mulai dari fresh graduate dari kampus di Singapore, Dosen di Kampus UIB Batam, serta juga ada yang memiliki pengalaman bekerja sebelumnya sebagai koki dan juga sales di Jakarta.

Sementara aku, yang merupakan fresh graduate, baru 3 bulan wisuda dari kampus di Riau, yang belum terlalu dikenal di Indonesia, ditambah lagi tidak adanya pengalaman bekerja semasa kuliah dan termasuk apatis untuk berorganisasi, menjadi sangat kaku dihari pertama kali bekerja ini. Bagaimana tidak, sekali diterima bekerja dikantor, aku langsung dikirim ke Singapore yang terkenal perfeksionis dan ngomong sehari-hari dengan full English.

Foto di hari pertama bekerja, not bad laah, cuma agak sedikit hideung.

Jadilah aku seorang yang sangat pendiam dan misterius, bahkan ketika disuruh presentasi tentang product knowledge saja, aku memilih untuk diam, padahal itu presentasi lho!! Aku diam selama hampir 1 menit, dengan sedikit ngomong eehh, eehhh, dan untung saja tidak terkencing di celana, huft. Ditengah kediamanku, dan keheranan teman-temanku, salah seorang audience bernama Mustaqim asal Malaysia yang melihat presentasiku itu, langsung berkata, “Cakap bahase ajelah, saye rase awaktu tak terlalu paham cakap English”, dan aku tetap saja terdiam, macam pintu yang tidak akan bergerak kalau tak digerakkan.

Hari pertama di Singapore dan langsung masuk kerja ini memberikan shock culture level sangat parah buatku. Pukul 6.30 sore kami keluar dari kantor, aku berjalan dengan muka yang sangat kusam dan muram. Setelah berunding, kami memutuskan untuk tidak langsung pulang ke hostel, kami memilih untuk jalan-jalan dahulu menuju Chinatown untuk mencari makan malam dengan harga miring.

Pukul 6.40 pm, kami sudah hampir tiba di Chinatown dengan berjalanan melewati pertokoan disekitar sana. Aku sedikit terkaget, di jam segini kok masih ada matahari ya, dan baru ngeh kalo di Singapore waktunya 1 jam lebih cepat dari Jakarta. Menit berganti menit hingga pukul 07.00 pm, aku melihat sunset pertama ku diluar negeri, sunset yang sangat indah bagiku, sayang aku tidak mengabadikan moment tersebut.

Sesampainya di Chinatown, kami langsung berpencar mencari makanan sesuai selera. Beruntung aku memiliki teman dengan toleransi yang tinggi, karna selain terkenal dengan murahnya, di Chinatown ini juga banyak terdapat makanan vegetarian yang otomatis itu tidak dicampurkan dengan daging, karna aku pribadi agak risau kalau makan daging di daerah sini, takutnya ada daging pork yang nyelip, kan agama gue ngelarang bro hehe.

Tapii, dikarenakan ini kali pertama aku makan vegetarian, aku sedikit mual dan hanya bisa makan setengah piring saja. Untung aja air mineral botol kecil yang kubeli seharga 1 Dollar Singapore itu udah cukup membuat perutku full.

Foto di Chinatown, sedikit kzl karna someone called me Indian 🙁

Setelah makan kami lanjut jalan pulang ke hostel. Di perjalanan masih disekitar Chinatown ini, aku melihat seorang yang sudah sangat tua, yang ketika aku tanya umurnya, ia bilang sudah 65 tahun. Orang ini membuatku sedih namun menginspirasi, karna di usia nya yang sudah tua itu ia masih bekerja sebagai pembersih sepatu, dengan semangat yang tinggi dan senyum yang tulus.

Ketika semakin dalam aku telusuri lorong ini, ternyata banyak pekerja lainnya yang berusia sangat tua dan masih aktif bekerja hingga larut malam. Melihat mereka, aku yang seharian ini melankolis mendadak bangkit dan kembali bersemangat untuk menghadapi tantangan selanjutnya disini.

Kemudian semua kesedihan dan ketakutan itu menguap, aku kembali berjalan cepat yang menandakan bangkitnya semangat dan siap untuk hari esok.

Hari Pertama Bekerja di Singapore, Shock Culture banget!!

Baca juga cerita perjalananku Backpackeran dari Yogyakarta ke Bali Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *