Sepenggal Kisah di Awal Perantauan

Sepenggal Kisah di Awal Perantauan. 16 Oktober 2015, pukul 15.00 tibalah aku di Pelabuhan Sekupang, Batam. Aku langsung dijemput oleh salah satu teman kecilku, Reza, yang ditemani oleh temannya yaitu Bang Kino dan satu lagi aku sudah lupa namanya. Kacau…

Aku langsung mendapat sambutan hangat di Batam, nyampe jam 3 sore, dijemput pakai mobil, dan jam 4 sore nya sudah ada jadwal untuk futsal sama orang kantor Dinas PU Batam di Vitka Futsal, dekat pom bensin Tiban.

Malamnya, aku langsung ketemu dan sedikit berbincang dengan salah seorang bos yang ingin mengajakku kerja. Aku yang saat itu masih polos kalau berbincang soal project hanya bisa diam mendengar cerita bapak ini, sambil memegang map lamaran kerja ditangan kananku. Perbincangan kami selesai pukul 23.00, belum ada kejelasan soal kapan hari pertama masuk kerja.

Lalu aku dan Reza langsung melanjutkan perjalanan muter-muter keliling Batam. Aku dipercaya pada posisi driver agar bisa melancarkan skill memutar stir menginjak gas dan rem. Kami berkeliling menuju Nagoya dan jodoh, explore kampung bule, belakang BCA, dan untung saja tidak ke sintai. Kacauuu

Foto disini biar sah ke Batam. Eh btw muka gw kok kusam ya -__-

 

Foto di Hotel Pacific yang berbentuk Kapal itu.

Hari kedua di Batam, aku sudah dipercaya Reza untuk membawa tamu dari Dumai, yang akan kami bawa jalan-jalan keliling Batam. Hebat ngga tuh, baru 2 hari di Batam, aku sudah jadi guide dan bawa orang keliling kota penuh warna ini. Tapi melesetnya, tujuan kami ini bukanlah tempat biasa, dan untuk pertama kali nya lah aku masuk kedalam diskotik, melihat orang joget-jogeet, dengan musik yang bagiku amburadul itu. Rusak awak disini genk.

Padahal udah sering bolak balik Kemang di Jakarta, Dago di Bandung, serta  Jalan Raya Magelang di Yogyakarta, aku belum sekalipun mampir ke diskotik (Kok bisa tau aku ya ada diskotik disana?). Tapi di Batam, pertahananku jebol. Eh tapi jangan sembarangan ya, aku ga coba alcohol sedikitpun lho, yang kuminum hanya coca cola es, tuh masih ingat aku kan. Iya sumpah genk, sumpah!! gak ada aku minum yang berbau alcohol. Dan aku sangat beruntung malam itu karna teman-temanku pada tenggen semua, Cuma aku yang masih normal dan bisa nyetirin mereka sampai pulang kerumah.

Pokoknya sebulan pertama di Batam, semua terasa indah dan manis. Berlinang madu. Sudah semua daerah di Pulau Batam aku jajahi, hampir semua pantai aku singgahi.  Aku sudah menjelajahi seluruh Bengkong, Nagoya, Jodoh, Batu Aji, Barelang, Batu Ampar, Batam Centre, Punggur hingga Batu Besar.

Aku juga sudah mantai di Nongsa, Tanjung Pinggir yang bisa lihat Singapore dari dekat itu, serta Pantai Ocarina, yang sejatinya bukan pantai sih.

Foto cakep di Pantai Tanjung Pinggir
Bisa melihat Singapore dengan sangat jelas lho disini!
Dan hampir saja aku putuskan untuk berenang!

 Ini nih view Pantai Tanjung Pinggir yang bisa lihat Singapore dari dekat:

Konser keren di Pantai Tanjung Pinggir

Selain itu disini aku juga sedang pdkt dan sedikit jatuh cinta (sedikit saja) dengan salah seorang cewek Batam, yang juga aku dapat kenalan dari cewek Batam lainnya, yang saat itu sudah ada cowok. Ribet jelasinnya!! Tapi ya begitulah, intinya kenalan dan jatuh hati sama cewek disana. Ah manis, ah madu. Pada saat itu.

Tapii semua hanya berlangsung selama kurang lebih sebulan. Selanjutnya, semuanya seperti berbalik. Memang sejatinya, beginilah hidup, kadang kita diatas kadang dibawah, kadang senang kadang sedih, kadang up kadang down, fluktuatif, kayak saham pada perusahaan yang insecure.

Tapi yang aku kesalkan, kenapa terlalu cepat. Baru saja sebulan berlinang madu, hidupku berubah menjadi sendu, pilu. Kerjaan yang aku telah di interview itu tak memanggilku, bapak itu hilang tak  berkabar. Aku juga baru sadar bahwa aku cuma bawa tabungan sangat-sangat sedikit disaat merantau, CUMA 500rb rupiah.

Ini merupakan aib yang baru aku buka di tulisan ini. Kalau kamu lihat di sosmed ku yang ‘katanya’ mewah itu, mungkin kamu gak tau kalau aku memulai perantauan dan berkeliling Indonesia hanya dengan 500 ribu, kurang nekat apa aku coba? Ada gak kau temukan orang yang lebih nekat? Kalau ada kenalin dong, biar aku ada teman cerita dan merasa gak kesepian.

Balik lagi ke cerita tadi, tabunganku yang menipis, meluapkan semua kegembiaraan yang aku miliki. Aku baru sadar karna sebulan terakhir ini aku hidup menumpang dirumah seorang teman, yang juga menumpang dirumah tantenya. Ribet urusannya!! Aku sempat dapat tawaran untuk tinggal dirumah satu-satunya saudara yang ada disana, dan itu gak bertahan lama, CUMA 5 hari.

Aku balik lagi kerumah temanku tadi, menumpang di rumah dia yang juga numpang sama tante dan oom nya. Untung saja aku sempat bermain di turnamen sepakbola disana dan mendapat bayaran sehingga bisa nambah-nambah jajan, buat makan :’)

Turnamen Antar Kampung (Tarkam) di daerah Tanjung Riau bersama Tim Pu Batam.

Turnamen Liga Batam di Gor Temenggung bersama PU Batam

Tetapi tetap saja aku ga enak, dengan status pengangguran ga ada kerjaan dan hidup menumpang yang terkadang menggembel dijalanan. Belum lagi cerita kenalan cewe yang tadinya berlinang madu, mendadak sepahit kopi gayo double expresso tidak bergula. Si doi hilang ditelan bumi, atau pergi ikut naik kapal nabi Nuh mungkin, aku tinggal.

Kumpulan kisah pahit ini sempat aku abadikan didalam tweet:

Jejak penderitaan yang diabadikan dengan Tweet pahit. Coba aja baca dari bawah.

Sebelum akhirnya pada 12 november 2015, aku semacam mendapatkan berkah dan tawaran kerja serta diberangkatkan training di Singapore. Nantikan kisah selanjutnya yaa…

Sepenggal Kisah di Awal Perantauan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *