Menjajal Ketinggian Gunung Marapi Bukittinggi

Menjajal Ketinggian Gunung Marapi Bukittinggi. Entah kenapa, disela kejenuhan skripsi, gw memberanikan diri untuk mendaki. Gw tergugah oleh salah satu cuitan twitter salah seorang influencer, yang mengatakan:

Coba latih diri kalian dengan sebuah tantangan yang berat, baik itu melalui sebuah perjalanan, mendaki gunung, dan sebagainya untuk melatih jiwa keberanian kalian

Seperti itulah kira-kira katanya, tweet tersebut langsung gw save dan jadikan favorit, sambil memasang niat dalam hati, untuk memberanikan diri, mendaki gunung, melatih jiwa keberanian dan mengeluarkan potensi terbaik dalam diri gw. Ceileh…

Awal februari 2015, akhirnya gw putuskan untuk mendaki Gunung Marapi, Bukittinggi. Berawal dari tawaran seorang teman yang juga merupakan Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) dari Kampus tercinta gw, UIN Sultan Syarif Kasim.

Tawaran tersebut langsung gw iyakan. Seminggu kemudian, gw batalkan. Dikarenakan gw juga sedang padat dengan kompetisi sepakbola yang gw ikuti kala itu. Tawaran yang sedikit gw sesali, karena bagi gw saat itu, kapan lagi coba bisa mendaki gunung bersama sahabat mencari damai diatas ketinggian. Ala-ala gitu.

Hingga akhirnya gw sadari, keputusan tersebut adalah yang terbaik. Karena akhirnya gw bisa menjuarai kompetisi sepakbola PSSI Pekanbaru tersebut, hal lain yang tak terlupakan juga tentunya.

Riau Pos FC
One of my sweetest thing

Riau Pos FC

Pucuk dicinta, rezeki itu tak terduga. Sebulan setelahnya, gw mendapatkan tawaran kembali untuk mendaki. Dengan gunung yang sama, Marapi Bukittinggi, dan tawaran yang juga dari orang yang sama, akhirnya gw langsung menyambar tawaran tersebut.

Lalu gw juga mengajak seorang sahabat kecil gw, Taufik, yang sudah bekerja di Dumai, siapa tau dia ada waktu kosong untuk nge-trip bareng gw. Taufik langsung menerima tawaran gw tersebut, dan membawa seorang pasukan lagi dari Dumai.

Pada jumat malam, rombongan kecil kami yang bertiga bergabung dengan rombongan 2 grup bus lainnya yang akan mendaki. Gw ga nyangka, ternyata ini open trip pendakian, dan ramainya naudzubillah. Tapii gw yang emang perdana naik gunung, tetap menikmati ajaa apapun prosesnya.

6 jam perjalanan dari Pekanbaru menuju Bukittinggi, pukul setengah 7 pagi, kami tiba di Pasar Koto Baru, titik pendakian awal Gunung Marapi. Setelah mendaftar administrasi di pos 1, kami memulai pendakian dengan senang hati, tertawa riang, foto bareng peserta mendaki yang lainnya, sambil bernyanyi-nyanyi riang sesukanya.

Menjajal Ketinggian Gunung Marapi Bukittinggi
This is ours!
Mendaki Gunung Marapi Sumatra Barat
Peace, love, and gaul!
Mendaki Gunung Marapi Bukittinggi
Iya dek, lelah!
Mendaki Gunung Marapi Bukittinggi
Tapi harus tetap tersenyum
Mendaki Gunung Marapi Bukittinggi
🙂
Mendaki Gunung Marapi Bukittinggi
Apalo apalo!!

Memasuki 2 jam pendakian, tenaga mulai terkuras, yang tersisa hanya semangat, semangat untuk mendaki lebih tinggi, menembus batas diri, menuju puncak untuk melakukan selfie.

Dengan pola duduk – berdiri – jalan mendaki, akhirnya kami mencapai cadas terakhir tempat memasang tenda, tak jauh dari puncak. 4 jam kami perlukan menuju titik cadas ini, lumayan standar laah untuk ukuran ketinggian 2891 mdpl.

Sore hari, sesuatu gak terduga terjadi. Angin tetiba bertiup kencang, disusul petir dan hujan yang datang secara keroyokan. Posisi tenda kami belum terpasang, membuat panik panita yang membawa 69 orang, dan sesuatu menjadi serba tak terkontrol.

Hujan badai yang hanya 30 menit tersebut, membasahi tas kami, hanya handphone dan dompet yang terselamatkan dengan plastik kresek kecil, sementara semua persediaan baju dan celana sudah basah, lembab, dan dingin yang menusuk tulang.

Sunset Gunung Marapi Sumatra Barat
Unforgettable sunset with best friend!
Sunset Gunung Marapi Sumatra Barat
when the sun goes down

Sunset Gunung Marapi Bukittinggi

Di senja yang keren itu kami hanya bisa berfoto beberapa kali jepret, kemudian kembali masuk kedalam tenda karena nggak tahan dengan cuaca dinginnya. Itu masih senja, tak terbayangkan dinginnya ketika malam tiba.

Dan ternyata benar, di tenda yang berisi 4 orang ini, kami berasa tinggi. Ya, emang tinggi sih. Maksudnya, kami seperti berada dalam lautan imajinasi yang tinggi, tak bisa merasakan tangan, kaki, bahkan kepala kami sendiri. Semuanya terasa membeku, bahkan hatipun ikut membeku.

Ajaibnya sang waktu, hal yang perih tak terlupakan bisa berubah menjadi cerita nostalgia yang tak terlupakan pula.

Pukul 00.00, dengan kondisi angin yang masih kencang, tenda kami sedikit terlepas, menuju tepian jurang, dan untung saja salah seorang dari kami ada yang terbangun. Hal yang membuat kami terpaksa keluar, membenarkan tenda, dengan dingin yang menusuk hingga ke tulang terkecil. Indahnya bintang dan pemandangan kota Bukittinggi malam itupun tak dapat kami abadikan dikarenakan nggak sanggup untuk duduk manja berteman kopi diluar tenda. Tak seindah cerita-cerita ataupun foto instagram mereka yang berbahagia diatas sana.

Memasuki pukul 06.00 pagi, kondisi badan gw, taufik, gandi dan fajar yang ada di dalam tenda tersebut mulai fit dan membaik kembali. Kami putuskan untuk berjalan menuju Puncak Marapi, menembus batas kemampuan diri, melatih sifat berani, agar bisa sampai ke puncak lalu melakukan selfie.

Puncak Marapi Sumatra Barat
In order to get something, we have to sacrifice something
Puncak Marapi Bukittinggi
Are u fearless?

Puncak Marapi Sumatra Barat

Sesampainya di Puncak, kami langsung menuju kawah. Karena ini first time bagi gw dan teman-teman menyaksikan kawah dari dekat secara langsung, tak lupa langsung memasang pose keren sambil memikirkan caption apa yang bakal dimunculkan di IG.

Puncak Gunung Marapi Bukittinggi
Finally we arrived! Awan berasa lebih dekat
Kawah Gunung Marapi Sumatra Barat
This is us!
Kawah Gunung Marapi Sumatra Barat
instagrammable spot
Kawah Gunung Marapi Sumatra Barat
Kawah Gunung Marapi Sumatra Barat
Puncak Gunung Marapi Bukittinggi
Next: Gunung Singgalang yang ada didepan itu!

Di puncak gunung Marapi ini juga terdapat Tugu Abel, penghormatan kepada Abel Tasman yang berjasa menyelamatkan beberapa nyawa manusia ketika ada tragedi di Puncak Gunung Marapi ini, puluhan tahun yang lalu.

Tugu Abel Tasman
Historical spot: Tugu Abel Tasman

Setelah mencapai puncak tertinggi, kami lanjut menuju Padang Eidelweiss, yang luas terhampar diatas puncak salah satu gunung tertinggi di Sumatra ini.

Taman Eidelweiss Gunung Marapi
Taman Eidelweiss. Beda spot beda style!

Setelah puas foto di taman eidelweis, kami memutuskan untuk kembali turun ke Cadas. Oh iya, bagi teman-teman yang baru, hati-hati di puncak Marapi tepatnya puncak yang dinamakan puncak garuda juga terdapat Hutan Larangan, lokasinya tepat disebalik Padang Eidelweiss. Teman-teman sangat disarankan untuk nggak nyobain masuk ke lokasi Hutan Larangan ini, karena tempatnya yang masih belum terjamah serta kisah orang bunian yang menjadi bumbu penyedap ketika mendaki Gunung Marapi Sumatra Barat ini.

Maka dari itu gw dan teman-teman memutuskan untuk kembali turun ke bawah. Diperjalanan menuju turun, tiba-tiba ada sebuah kabut yang membuat kami nggak bisa melihat masing-masing satu sama lain, hingga muncul sebuah teriakan yang menginstruksikan kami untuk berhenti berjalan, lalu kemudian duduk atau berjongkok hingga kabut tersebut lenyap.

Karena kalau silap dan memaksa untuk berjalan ditengah kabut, bisa-bisa kaki kalian melangkah dengan sendirinya menuju jurang. Cerita mistisnya begitu sihh.. Sereem…

Suasana Kabut di Puncak Marapi
Suasana Kabut di Puncak Marapi

Suasana Kabut di Puncak Marapi

Tak sampai setengah jam kami butuhkan untuk berjalan turun dari Puncak Marapi menuju Cadas tempat kami memasang tenda. Sesampainya ditenda, kami kemudian bergegas dan beres-beres untuk kembali turun kebawah.

Hujan deras, carrier yang lumayan gede, langit yang gelap, hijaunya pepohonan dan rerumputan, toilet dadakan tempat gw boker, dan sebatang pohon yang menyelamatkan gw ketika terpeleset dan hampir masuk jurang, sepatu yang rusak sehingga harus lanjut dengan kaki ayam melewati jalan kerikil, menjadi drama 4 jam gw turun dari Gunung Marapi Bukittinggi tersebut.

Hangatnya mie rebus dan teh anget di Pasar Kota Baru malam itu menjadi penutup perjalanan mendaki Gunung Marapi bersama sahabat, dan teman-teman baru yang didapat dalam perjalanan tersebut.

ALAM TAKAMBANG JADI GURU

One thought on “Menjajal Ketinggian Gunung Marapi Bukittinggi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *