Perantauan Modal Nekat ke Jakarta

Perantauan Modal Nekat ke Jakarta. Jujur, ini merupakan salah satu petualangan nekatku, karna aku tiba di Jakarta hanya dengan uang pegangan 200 ribu. Percaya? Gak percaya juga gapapa, tapi serius aku udah menjalaninya.

Welcome to Jekardaahh
Welcome to Jekardaahh

Trus, gimana caranya menyambung hidup? Ya pandai-pandailah. Mulai dari numpang makan sama teman, atau nebeng hidup sama doi yang kebetulan pada saat itu lagi ‘lebih’, ataupun juga menjual jasa mengantar teman mengojek ria menuju stasiun, lalu menjemputnya kembali malam harinya ketika pulang kerja, hanya demi sepiring Warteg ‘Kharisma’ atau Warkop Mas Agus Srengseng Sawah.

Tapii, rutinitas ini tidak berlangsung lama, sekitar sebulan lebih tepatnya. Mungkin dikarenakan terlalu lama menumpang dikosan teman, sehingga ia mulai merasa gak nyaman, timbullah sedikit demi sedikit masalah, kemudian akhirnya memuncak, dan imbasnya aku harus angkat kaki dari kost seorang sahabat, salah satu pil pahit yang harus aku telan, dimasa awal-awal perantauan.

Aku kembali harus mencari tempat tinggal. Beruntung, tak lama setelah kejadian tersebut, dan juga tak jauh dari lokasi aku tinggal sebelumnya, masih didaerah lenteng agung juga, aku menemukan teman sesama Riau yang juga sedang merantau di Jakarta, sehingga aku memutuskan untuk tinggal bersama dengannya, tak jauh dari kosan si doi juga. Hahaha menang banyakkk…

Setelah itu, hari demi hari kulewati dengan optimis dan berbahagia, gaktau kenapa, faktor lagi berjuang bersama bareng si doi kali ya, terus juga banyak mendapatkan teman baru dari hobiku ber-futsal ria. Apalagi saat itu si doi sudah diterima bekerja, sehingga ekonomi kami mulai sedikit stabil laah, masa iya dia makan aku ga makan.

Jujur sih aku sudah berikhtiar mencari kerja, mulai dari mengikuti job fair, interview di beberapa perusahaan outsourcing, bank, hingga sempat menginjak Balikpapan Kaltim untuk mencoba keberuntunganku. Tetapi tetap saja, masih belum Nampak dewi fortuna-nya.

Hingga aku kembali ke Jakarta, dan mendapatkan tawaran dari salah seorang pengusaha dan investor, yang sudah ibarat kakak angkat dari si doi di tempat ia bekerja saat ini. Si Kakak Bos itu ingin membuka brand clothing baru, dan tugasku disini adalah palugada, apa lu mau gua ada.

Mulai dari mencari bahan yang pas buat baju (cotton 30s, 20s, spandex, AI rism, dll), mempelajari kompetitor di jakcloth, membeli baju di Cipulir untuk di re-brand, mencari peralatan di Ikea dan Ace Hardware Kokas, menghubungi beberpa Mall untuk membuka stand, hingga tukarang alias tukang angkat barang seperti baju dan lemari yang akan dipasang di stand.

Sebenarnya aku enjoy aja sih, ya namanya juga kerja sama orang, pasti awalnya pahit. Apalagi biasanya bos ditempat kita bekerja mengetes kita dengan yang pahit-pahit diawal, untuk membuktikan apakah kita memiliki daya tahan, bisa dipimpin, tidak banyak tingkah, dan manut disuruh apa aja. Kerja lembur baghai quda pun tak masalah.

Tapii, disini permasalahannya adalah, si doi, yang mengajakku bekerja, yang juga bergabung di project ini, mulai gak tahan karena merasa seperti dijadikan budak, sehingga dia melakukan perlawanan dan memutuskan untuk berhenti. Dan aku? Ya pada awalnya sih masih bertahan, tetapi lama kelamaan mulai gak kerasan, apalagi posisiku disini juga sebagai backup kerjaan si doi, eh tapi si doi nya malah berhenti.

Hingga pada akhirnya, di bulan ramadhan 2016 kala itu, aku memutuskan untuk berhenti, eh diberhentikan deh lebih tepatnya, dengan sedikit slek dengan Si Kakak Bos tempatku bekerja ini. Semua fasilitas dari kantor (Cuma motor doang sih, sama helm juga), aku balikin. Dan dengan tabungan yang pas-pasan dari gaji, tanpa THR, tepat 2 minggu sebelum lebaran, aku kembali menjadi pengangguran.

Sedih? Sudah biasa sih. Dengan prinsip tabu cucurkan airmata, aku pulang menggunakan kereta. Tiba di stasiun lenteng agung, aku jalan 1 km menuju kosan si doi, memberi laporan tentang semua yang terjadi. Disana kami hanya bisa bersedih, menatap bulan dan bintang yang bersinar di malam itu, sambil saling menguatkan masing-masing karena kerasnya kehidupan Jakarta, bagi kami sih.

Tak kusangka, perantauan modal nekatku, bermodal 200 ribu, harus berakhir dengan pemecatan tanpa penghargaan, di dua minggu sebelum lebaran. Pada malam itu juga, kami berunding, apakah harus pulang kampung disaat lebaran, atau stay di Jakarta merayakan lebaran ‘hanya berdua’. Dilema yang sangat sangat dalam sih buat aku karena sudah setahun gak pulang ke kampung halaman di Dumai, berat sudah rindu ini kepada keluarga, semakin berat karena aku sudah tidak punya apa-apa.

To make story short, aku memutuskan untuk pulang, apapun caranya, aku yakin akan ada jalannya. Kebetulan, kebetulan sekali, tempat tinggalku di Jagakarsa ini didominasi oleh mahasiswa Riau yang sedang menuntut ilmu dan bekerja di Jakarta, sehingga kami bisa kompak untuk mencari sponsor dari proposal “Pulang Bersama” dalam rangka lebaran.

Kami memasang strategi, memecah tim untuk bergerak, mulai dari melobi Organisasi KNPI hingga Bank Riau sebagai sponsor Pulang Bersama, kemudian juga meminta sumbangan dari senior-senior Masyarakat Riau yang sudah sukses di Jakarta. Hingga akhirnya, H-7 lebaran, kami bisa menyelenggarakan Pulang Bersama dari Jakarta menuju Pekanbaru, Riau, menggunakan Bus Pariwisata yang memakan waktu hingga 2 hari lamanya.

Pelabuhan Merak Banten
Pelabuhan Merak Banten
Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni
Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni
Finally Arrive at Pekanbaru
Finally Arrive at Pekanbaru. Backpacker Bana!!

Sebuah pilihan yang berat bagiku, karena harus meninggalkan si doi yang lagi dibawah-bawahnya, untuk pulang bersilaturahmi ketemu keluarga. Tapi apapun itu, seburuk apapun resiko yang akan dihadapi didepan, kita harus berani dalam menetapkan pilihan, itu sih prinsip yang aku pegang.

Dan resiko itu akhirnya datang juga, aku yang sudah kembali ke kampung halaman di Dumai, agak sulit berkomunikasi dengan si doi karena sibuk berkumpul bersama keluarga serta sahabat-sahabat lama, sehingga sering berantem bahkan untuk hal-hal kecil seperti tidak membalas chat dan tidak mengangkat telpon serta vc dikarenakan rindu. Dan ending nya, pada lebaran pertama, malam takbiran sih lebih tepatnya, hubunganku sama si doi yang sudah berjalan hampir setahun dan sudah berjuang bersama saat bekerja di Batam, merantau bareng ke Jakarta, mencari kerja, berhenti kerja, hingga akhirnya LDR Jakarta-Dumai, lalu putus, menjadi salah satu lebaran yang paling pahit, bagiku.

Kerling Senja Dumai
Apapun yang terjadi, Kerling Senja Dumai tak pernah mengecewakan

Lebaran kali itu berasa seperti tidak lebaran, aku lebih banyak mengurung diri dikamar, dan tak sabar untuk kembali ke Jakarta, siapa tau masih ketemu solusinya. Namun apalah daya, masalah selanjutnya datang juga. Aku yang bermodal pegangan pas-pasan, dengan status pengangguran, tidak mendapat restu dari orang tua untuk kembali ke Jakarta, apalagi saat itu orang tua gak bisa bantu banyak karena fokus buat persiapan biaya kuliah adikku yang ingin melanjutkan pendidikan dari D3 menuju S1 dikampus antara UI ataupun UNY Yogyakarta.

Tak Dadang namanya kalau tak punya akal panjang, bukan cuma kakinya aja yang panjang. Dengan sedikit negosiasi, dan janji, akhirnya aku diberi restu untuk kembali ke Jakarta, bermodus mendampingi adikku hingga menyelesaikan tesnya di Universitas Indonesia Depok.

Sekembalinya ke Jakarta, aku mencari cara, bagaimana agar bisa balik sama si doi. Tapi tampaknya, si doi hatinya udah keras, jadi yang bisa kulakukan hanya pasrah, pasrah melepaskannya, apalagi katanya dia ingin menikah, semakin mengoyak hatiku yang sudah gak punya apa-apa ini.

Singkat cerita, adikku tidak lulus dikampus UI, dan berkah lainnya, ia lulus di Kampus UNY Yogyakarta. And then, Yogyakarta I am comiiinnggg!!!

Welcome back to Yogyakarta
Welcome back to Yogyakarta!!

Eh, sebelumnya gue juga sempet explore Bandung deng bareng adik gue hahaaa

Gedung Sate
Gedung Sate Bandung
Taman Masjid Agung Bandung
Taman Masjid Agung Bandung
Belajar Sejarah di Musem Asia Afrika
Belajar Sejarah di Musem Asia Afrika
Belajar Sejarah di Musem Asia Afrika
Gaya Paham ajaa
CFD Dago
CFD Dago
Villa @Lembang
Villa @Lembang
Big Family in Cimahi Bandung
Big Family in Cimahi Bandung
Kebun yang hijau segar di Cimahi
Kebun yang hijau segar di Cimahi
Curug Cimahi
Curug Cimahi
Saung Angklung Mang Udjo
Saung Angklung Mang Udjo
Dusun Bambu Lembang
Dusun Bambu Lembang
Tangkuban Perahu Lembang Bandung
Tangkuban Perahu Lembang Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *