Terasingkan di Balikpapan

Terasingkan di Balikpapan. Masih tak kuduga, tak kusangka, kok bisa ya, aku mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan, tahun 2016 yang lalu.

Bandara Sepinggan Balikpapan
Bandara Sepinggan Balikpapan
Bandara Sepinggan Balikpapan
Wisata andelan Kaltim, Kepulauan DERAWAN!! 

BandaBandara Sepinggan Balikpapanra Sepinggan Balikpapan

Kata orang, kata orang-orang sih, di Kalimantan itu banyak lowongan pekerjaan, karena banyaknya Perusahaan yang baru dibuka disana. Hingga akhirnya aku penasaran, ingin melihat langsung kesana.

Dan tak kusangka, petualangan 2 hariku di Balikpapan ini berasal dari keisenganku meng-iya-kan challenge dari temenku. Dia bilang, “Dang, lo mau ke Balikpapan ga? Sayang nih tiket gue udah dipesen tapi gue ada acara dadakan, ntar gue bantu dikit deh uang jalannya”

Sebagai anak rantau yang memegang hukum possibility, bahwa apa saja mungkin terjadi, aku meng-iya-kan dan mem-bisa-kan setiap peluang yang datang kepadaku, sekecil apapun itu. Hingga akhirnya, pada senin itu, aku take off dari Bandara Soekarno-Hatta.

Berangkat dari Bandara Soetta

Pukul 19.00 WITA, aku mendarat di Balikpapan. Gelap, langit di Balikpapan saat itu gelap, karena hari sudah malam. Begitu keluar dari Bandara, para supir travel dan taxi langsung menarikku, untuk menawarkan jasa pengantarannya ke kota, ataupun Samarinda. Aku memutuskan untuk menolaknya, dan berjalan kaki menuju jalan raya didepan bandara, untuk naik angkot yang nggak tau entah kemana.

Dengan sedikit pengetahuan menggunakan maps, aku melihat arah angkot ini menuju kota, tapi aku nggak tau pastinya kemana. Aku berinisiatif mengambil kursi depan di angkot tersebut, sehingga bisa memiliki pandangan yang luas dan berbincang-bincang dengan pak supir angkot yang gaya bahasanya seperti bahasa Medan itu.

Dari arah bandara yang awalnya gelap, akhirnya aku melihat gemerlap lampu yang mulai menerangi, ternyata eh ternyata itu adalah salah satu Mall terbesar di Ibukota Kaltim ini, Balikpapan Superblock namanya. Aku memutuskan untuk berhenti disana, dan melihat-lihat apa yang ada disekitar.

Hingga pukul 10 malam, aku memutuskan untuk beristirahat, dan mencari penginapan. Dengan sedikit skill menggunakan aplikasi traveloka, dan budget yang sayang aja aku gunakan untuk membayar hotel, aku memilih untuk bergembel ria, hemat beb, mau nyoba tidur dimana aja yang penting merem.

Keberuntunganku selanjutnya akhirnya datang juga, salah seorang security di Balikpapan Superblock menegurku, dan kasihan melihatku dengan muka lelah tapi gak tau harus tidur dimana. Sehingga akhirnya ia menawarkanku untuk tidur dikosan adiknya, tak jauh dari Balikpapan Superblock ini.

Hanya membutuhkan perjalanan sekitar 5 menit dari Balikpapan Superblock menuju kosannya tersebut menggunakan sepeda motor. Setibanya dikos, Bang Gading, bukan Gading Marten, si pemilik kos ini menyambutku dengan ramah. Awalnya aku masih takut-takut sih, apalagi perawakannya yang tinggi besar, membuatku sedikit grogi kalau terpaksa berkelahi. Tetapi yang bisa kulakukan disini hanyalah berpikir positif, dan selalu percaya sama intuisiku dalam menilai orang yang jarang salah.

Tak sampai 30 menit setelah berbaring di kost tersebut, setelah sedikit berbincang-bincang dengan Bang Gading yang berasal dari Bima, NTB itu, akhirnya aku ketiduran dengan posisi memeluk tas yang berisi handphone, dompet, serta baju-bajuku tersebut. Meskipun tidur, aku masih harus waspada siapa tau ada yang jahat hahaa.

Tak terasa, pagi sudah tiba. Ketika aku membuka mata, Bang Gading sudah berada didepanku sedang mempersiapkan sarapan nasi putih telor dadar ala anak kos, sebuah kebaikan yang tak terlupakan, meskipun saat ini aku gak tau keberadaan Bang Gading tersebut dimana, dikarenakan nomor kontaknya sudah tidak aktif lagi, tetapi kebaikannya akan selalu aktif dipikiranku, tak lekang oleh waktu.

Aku tak menyangka, dari sebuah keisengan, dan rasa penasaran, akhirnya aku bisa bertualang ke Balikpapan. Menjelang siang, aku pamit dari kosan Bang Gading, dan bilang kepadanya kalau aku mau ketemu teman yang ada di Komplek Pertamina Gunung Cinta, padahal enggak juga, karena temanku tersebut sedang tidak berada disana.

Yang kulakukan kemudian hanyalah bergantian naik angkot sana sini, mulai dari Gunung Cinta, kemudian menuju Pasar Terapung ditepi sungai, Stadion Persiba, hingga ke Pasar Batu Ampar yang mengingatkanku dengan sebuah daerah yang ada di Batam.

Seolah lari dari fokus, aku yang awalnya ingin mencari peluang kerja, malah terlena, berkelana keliling kota, melihat keadaan disekitar, menggunakan angkutan kota Balikpapan. Istirahat makan siang, aku mencoba soto yang berada tak jauh dari Plaza Balikpapan, kemudian sehabis makan numpang ngadem di Mall tersebut.

Memasuki sore harinya, aku berjalan kaki menuju Pantai Kemala, mau merasakan senja disana. Ditengah perjalanan, aku menemukan seorang anak SD yang sedang bersedih, kemudian aku samperin dia, ku tanya kenapa, eh ternyata dia sedang kecarian orang tuanya. Beruntung ia ingat dengan nomor orang tuanya, sehingga aku bisa meminjamkan hp blackberry ku ini untuk menelepon orang tuanya. Betapa senangnya kalau kebaikan kecil kita bisa bermanfaat meringankan beban orang disekitar kita.

Begitu sampai di Pantai Kemala BALIkpapan, aku tak tahan, sehingga aku putuskan untuk langsung nyebuurr. Aku berendam ditepi pantai, dengan air yang tenang, dan kerling senja yang lumayan gemilang. Menjelang maghrib, aku kembali ke darat, menggati semp*k, dan memutuskan untuk kembali berjalan kaki, menuju Lapangan Merdeka Balikpapan.

Pantai Kemala BALIkpapan
Pantai Kemala BALIkpapan

Pantai Kemala BALIkpapan

Pantai Kemala BALIkpapan
Ada rumah dijual, pengen beli deh!!

Setibanya di Lapangan Merdeka Balikpapan, aku terpana melihat keadaan disekitar, hampir semuanya berbahagia, bersenda, bercanda, dan berbagi cerita. Baik itu bersama pasangan tercinta, ataupun keluarga.

Disini aku belajar, bahwa kebahagiaan itu sederhana, tak perlu jauh dicari kemana-mana, cukup dengan satu kata, kebersamaan

Hingga akhirnya adzan maghrib tiba, aku memutuskan untuk sholat maghrib di Masjid Pertamina. Ehh, tapi dikarenakan gerah, aku memutuskan untuk mandi dulu sebelum sholat, apalagi air disini sangat bersih bening dan jernih ala ala masjid Pertamina, sekilas ingatanku melayang ke Mesjid Al-Muhajirin, masjid yang berada di Komplek Pertamina, Bukit Datuk, Kota Dumai, kampung halamanku.

Setelah mandi, dan dalam keadaan yang bersih, aku merasa sholatku lebih khusyuk. Sehabis sholat aku mendengarkan sedikit tausyiah ba’da maghrib dari mubaligh setempat. Dingin, dingin sekali, mulai dari kata-kata si penceramah, AC di dalam masjid, serta ubin mesjidnya, adem.

Ba’da isya, aku lanjutkan perajalanan balik ke Bandara, dikarenakan jam 06.00 besoknya, aku harus kembali ke Jakarta. Gak nyangka, dengan waktu yang singkat, aku bisa melakukan perjalanan super padat, meskipun niatku untuk mencari peluang kerja sedikit meleset dengan perjalanan yang membuat terlena, tetapi aku puas, aku puas bisa refresh pikiran dari stress-nya Jakarta selama 2 hari, dan aku sudah gak sabar untuk balik ke Jakarta, melepaskan rindu dengan si doi, dan kembali berjuang bersama di ibukota.

Buku Edensor Andrea Hirata
Teman Dijalan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *