Pontianak dan Kedamaian Sungai Kapuas. Ini merupakan kali kedua gw mendarat di Tanah Borneo alias Kalimantan, setelah Balikpapan beberapa tahun sebelumnya. Disini gw ada sedikit kerjaan di Ayani Megamall dan sisanya gw manfaatin untuk eksplore kota yang ternyata terkenal dengan masyarakat melayu nya ini.
Iya, sebelumnya gw salah. Gw mengira dikarenakan ini Tanah Kalimantan, Pontianak didominasi oleh suku Banjar, Dayak, dan sebagainya yang khas Kalimantan. Ternyata setelah mendengar bahasa mereka, nggak beda jauh ternyata dengan bahasa melayu tempat gw dibesarkan, bahkan nadanya juga hampir sama dengan melayu Malaysia ataupun Riau Kepulauan.
Setelah gw sharing dengan beberapa driver ojol yang gw tumpangi, ternyata memang benar kalau suku asli Pontianak dan sebagian besar Kalbar itu adalah Melayu dan China peranakan yang sudah berbahasa melayu, khususnya di daerah kota pelabuhan, Singkawang, 3 jam dari Pontianak.
Karakteristik orang-orang disini, sepenglihatan gw itu ciri-cirinya bermata sipit, berkulit kuning langsat, dan berbahasa melayu mendayu dayu yang membuat gw teringat kampung halaman dimana gw dibesarkan, Kota Dumai yang sangat melayu itu.
Begitu landing di Bandara Supadio, gw langsung jalan kaki arah keluar bandara, langsung memesan driver ojol dari sana. Asap akibat kebakaran lahan malam itu sedikit menghambat pernapasan dan penglihatan gw di Kabupaten Kubu Raya (Bandara Supadio) menuju Universitas Tanjungpura, Pusat Kota Pontianak.
Gw sedikit beruntung karena disini gw nginep di pusat kota Jalan Ahmad Yani, tak jauh dari Bundaran Tanjungpura dan bersebelahan dengan tempat gw bekerja. Begitu tiba di Hotel, gw langsung mandi bersih-bersih sebelum lanjut mencari makan malam.
Berikut review hotel gw menginap.
Tak jauh dari hotel, banyak terdapat kuliner pinggir jalan yang khas dengan harga yang murah, membuat gw langsung singgah dan mengisi perut sepuasnya malam itu, sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat.
Keesokan paginya, selepas sarapan di hotel, gw jalan kaki menuju Ayani Megamall untuk survey dan lanjut ngopi disana sambil membuat report kerjaan gue hingga selesai dan langsung dikirim via email.
Menjelang sore, tugas gw di Pontianak ini sudah selesai. Gw iseng-iseng browsing wisata apa aja yang ada disekitaran Pontianak, dan muncullah dua wisata teratas yaitu Tugu Khatulistiwa dan Taman Alun Kapuas.
Setelah sedikit diseleksi, dan dengan waktu yang sangat singkat, akhirnya gw memilih Taman Alun Kapuas, dikarenakan lokasinya lebih deket serta di tepian Sungai Kapuas yang gw yakin bakal memiliki sunset yang indah.
Dan dugaan gw bener, sunset disini sangat manja dan menawarkan sejuta kedamaian. Dikelilingi oleh orang-orang yang berbahasa melayu, gw serasa kembali ke masa lalu, saat sedang bermain di taman bersama orang tua dan adik-adik tercinta, pada sore yang indah nan mempesona.
Disini gw sempat termenung dan flashback. Gak kerasa, Pontianak Kalbar ini adalah provinsi ke 20 yang gw kunjungi di Indonesia selama perantauan gw 4 tahun terakhir. Sudah banyak lika-liku kehidupan yang penuh ketidaksengajaan gw lalui, seolah kata ‘Ya’ atau ‘Tidak’ berperan sangat penting dalam setiap keputusan yang gw ambil, dan sebuah kata ‘Ya’ bisa mengantarkan gw menuju sebuah petualangan panjang tak terlupakan, dan tanpa disangka gw bisa berkunjung ke tepi Sungai Kapuas ini yang penuh kedamaian.
Adzan maghrib memecahkan lamunan maghrib itu, secara otomatis kaki ini langsung melangkah menuju masjid terdekat, dan tak lupa mengirimkan doa terbaik buat keluarga nun jauh disana.
Thanks Pontianak dan Sungai Kapuas, you give me unforgettable moment with your peaceful sunset
