Perenungan Panjang Diatas Gunung Talang

Perenungan Panjang Diatas Gunung Talang. Di petualangan yang kedua kalinya gw mendaki gunung ini, sedikit berbeda dari yang sebelumnya. Kalau sebelumnya gw naik Gunung Marapi bersama rombongan hingga 2 bus, kali ini kita hanya beranggotakan 6 orang menggunakan sepeda motor dari Pekanbaru.

Adalah gw, Feri, Banu, Isat, Fadil, serta Andi. Kami berenam start pukul 14.00 dari Pekanbaru menuju Bukittinggi, 5 jam lamanya. Setibanya di Bukittinggi, kami mampir menginap di rumah Mak Uwo-nya feri, rehat sejenak, jalan-jalan disekitaran Bukittinggi, dan bermalam disana.

Kabut asap di kelok 9
Dibawah Kelok 9

Keesokan paginya, kami melanjutkan perjalanan dari Bukittinggi menuju Solok, titik awal pendakian Gunung Talang. 2 jam perjalanan motoran tersebut kami manfaatkan dengan mencuci mata, melihat yang segar-segar, alam Sumatra barat nan rancak, melewati Danau Singkarak, hingga tiba di Kebun Teh Alahan Panjang.

Setelah menyelesaikan pendaftaran di pos 1, makan mie rebus, lalu menitipkan motor, kami melangkahkan kaki mendaki Gunung Talang, melewati jajaran kebun teh nan indah dan segar tiada duanya.

Pos Pendakian gunung Talang
Pos Pendakian gunung Talang
Kebun Teh Alahan Panjang
Melewati Kebun Teh Alahan Panjang
Kebun Teh Alahan Panjang
View seger menjelang mendaki lebih tinggi

Kebun Teh Alahan Panjang

Setelah perjalanan 4 jam lamanya yang lumayan penuh drama, akhirnya kami sampai juga. Sampai di Cadas Gunung Talang yang luas, dengan pemandangan gelap disekitarnya, karena hari sudah malam. Dan kami baru menyadari bahwa hanya kami rombongan pendaki di hari itu, dikarenakan saat itu sedang kabut asap musim kemarau 2015, yang merupakan salah satu kabut asap terbesar di Sumatra, bahkan Malaysia, Singapore, dan Kalimantan kena imbasnya. Kabut asap di tahun 2015 ini juga menjadi bencana kabut asap terakhir di Sumatra dan Kalimantan dikarenakan kita sudah lebih tegas dalam pencegahannya, belajar dari pengalaman.

Dengan persediaan logistik yang lumayan banyak, kami memutuskan 2 hari untuk nge-camp disini, berteman dingin dan sedikit bau asap, kami memasang api unggun ditengah malam, memasak indomie, memanaskan air untuk ngopi, dan menyanyikan bersama lagu Budi Doremi.

Puncak Gunung Talang Sumatra Barat
This is ours!
Cadas Gunung Talang Solok Sumatra Barat
Request lagu apa neng?
Cadas Gunung Talang Solok Sumatra Barat
Another spot from ours
Puncak Gunung Talang Sumatra Barat
Love Indonesia

 

Cadas Gunung Talang
Ada yang bisa mamang bantu neng?
Menuju Puncak Gunung Talang Sumatra Barat
Foto kenangan bersama kabut asap
Cadas Gunung Talang
Yang terlihat hanyalah asap dan asap
Cadas Gunung Talang
Bahkan matahari tak sanggup bersinar lebih cerah

Sayang sekali kami tidak bisa menuju puncak Gunung Talang, dikarenakan lelahnya seorang teman, kami hanya bisa sampai Hutan Mati, which is ini gak jauh dari Puncak Gunung Talang. Padahal, kalau sudah di Puncak, dan cuaca lagi cerah, kita bisa ngeliat Gunung Kerinci yang merupakan atapnya Sumatra.

Setelah sampai di hutan mati, dan pose-pose sejenak sambil menarik napas, kami memutuskan untuk turun kembali. Kami lebih menikmati hari-hari di Cadas Gunung Talang ini dikarenakan tidak ada orang selain kami, so kami bisa berlarian sesukannya, foto sesukanya, dan bernyanyi dan tertawa ria.

Perjalanan menuju puncak Gunung Talang
Perjalanan menuju puncak Gunung Talang
Menuju Puncak Gunung Talang Sumatra Barat
Menuju Puncak
Hutan Mati Gunung Talang Sumatra Barat
Hutan Mati diperjalanan menuju puncak
Hutan Mati Gunung Talang Sumatra Barat
Awas ada Cigak Baruak!!
Perenungan Panjang Diatas Gunung Talang
Jangan lupa merenung!

Setiap detik perjalanan kami lewati dengan kebahagiaan. Yang agak sedikit horor hanyalah suara jeritan binatang ditengah malam. Gw gak tau itu sebenarnya suara apa, tapi dari temen-temen bilang itu adalah suara dari Cigak Baruak, sejenis beruk ataupun monyet yang bisa dibilang tuan rumah disana.

Kalau sekiranya induk bos mereka datang kesana, lumayan serem juga ya.. Tapi Alhamdulillah hal yang ditakutkan tersebut tidak terjadi. Setelah berisik hanya sekitar 30 menit, tetiba suara mereka hilang, lindap ditelan dinginnya malam.

Diatas Gunung Talang ini juga, dalam sebuah perenungan, gw mengambil keputusan. Gw yang saat itu baru selesai wisuda, dan nggak tau bakal kemana, memutuskan untuk berkelana. Berkelana ke beberapa tempat di Indonesia, merantau lebih tepatnya, berjuang dengan modal seadanya, dengan keyakinan dan keberanian bisa menyelesaikan semua tantangan dan masalah yang dihadapi kedepannya.

Efek dari perenungan itu juga, gw memutuskan untuk memulai petualangan hidup, merantau meninggalkan Riau tempat dimana 23 tahun gw dibesarkan, berkelana menuju Batam, Singapore, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, LombokKalimantan, Sulawesi, Malaysia hingga Nusa Tenggara.

Ibarat visualisasi, sebelum bener-bener berkelana ke tempat tersebut, gw udah ngebayangin semuanya, termasuk masalah-masalah yang bakal gw hadapi kedepannya, dari atas Gunung Talang ini. Sungguh indahnya hidup mengejar mimpi.

Selepas perenungan, sejenak gw teringat dengan kata-kata dari Bang Andrea Hirata dalam bukunya:

“What we do in life? Echoes in eternity”

Setiap peristiwa dijagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak disana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa kita dewasa nanti. Lalu apapun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian.

Maka berkelanalah diatas bumi ini untuk menemukan mozaikmu.

Puncak Gunung Talang Sumatra Barat
What we do in life? Echoes in eternity

Perjalanan kami turun dari Gunung Talang juga tak banyak menemui rintangan. Setibanya dibawah, kami langsung nyobain pemandian air panas Solok, lalu tidur sesaat di Musholla-nya agar bisa fit kembali berkendara. Kami menuju rumah Mak Uwo feri di Bukittinggi, dan sempat mampir foto-foto di Danau Singkarak berteman asap.

Pemandian Air Panas Solok
Pemandian Air Panas Solok
Pemandian Air Panas Solok
After mandi air hangat, auto ganteng

Setelah bermalam di Bukittinggi, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Pekanbaru, lalu berpisah dan kembali dengan aktivitas masing-masing. Ada yang lanjut masuk kuliah, kembali bekerja, sementara gw, memulai perjalanan berkelana, menuju Batam.

Touring melewati kelok 9
Kembali menuju kelok 9. Thanks Alam Sumatra Barat!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *